Beranda | Artikel
Hisablah Dirimu Sebelum Yaumul Hisaab
Jumat, 13 Maret 2015

Khuthbah Jum’ah Di Masjid Nabawi 18/3/1436 H
Khotîb: Syeikh Ali bin Abdurrohmân Al Hudzaifi hafizohullah

Bismillâhirrohmânirrohîm

Segala puji bagi Allôh yang menerima taubat dari para hambaNya, dan memaafkan kesalahan, rahmat dan ilmuNya meliputi segala sesuatu, melipatgandakan kebaikan dengan karuniaNya dan mengangkat derajat pelakunya. Dan aku bersaksi bahwa bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada yang melemahkanNya di bumi maupun di langit. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya, Allôh telah menguatkannya dengan pertolonganNya dan mu’jizatNya. Ya Allôh bersholawatlah dan bersalamlah serta berkahilah untuk hambaMu dan rosulMu Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya, yang telah mendahului kepada kebaikan. Ammâ ba’du:

Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan mendekatkan diri kepada Allôh dengan sesuatu yang membuat ridho Allôh, dan menjauhkan diri dari apa yang membuat marah Allôh dan menyakitiNya. Sungguh telah beruntung dan telah menang orang yang bertaqwa, dan merugi orang mengikuti hawa nafsunya.

Wahai para hamba Allôh, ketahuilah bahwa kesuksesan seorang manusia dan kebahagiaannya adalah terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya dan mengatur ucapan dan perbuatannya serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi  Allôh   maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar. 

Allôh berfirman:

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)  [النازعات/40-41]

“Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya”

Dan Allôh berfirman:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) [الرحمن/46]

“Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Robbnya dua surga”,

Dan Allôh ‘azza wa jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) [الحشر/18]

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allôh dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang sudah dia kerjakan untuk esok hari, dan bertaqwalah kepada Allôh, sesungguhnya Allôh mengetahui apa yang kalian kerjakan”

Dan Allôh ‘azza wa jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201) [الأعراف/201]

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila digoda oleh sekelompok syetan mereka segera ingat, maka tiba-tiba mereka bisa melihat/sadar”

Dan Allôh ta’âlâ juga berfirman:

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2) [القيامة/2]

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka mencela”

Berkata para mufassirin: “Allôh bersumpah dengan jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena kurang dalam melaksanakan kewajiban dan mencela karena melakukan sebagian kemaksiatan, maka jiwa tersebut banyak mencela sehingga luruslah perkara jiwa tersebut.

Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu beliau berkata: Rosûlullôh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allôh dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam” (HR. Al Bukhôri dan Muslim), dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memuhasabah jiwa.

Dan dari Syaddâd bin Aus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau berkata:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allôh dengan berbagai angan-angan(Hadits Hasan)

Berkata ‘Umar bin Al Khoththôb rodhiyallôhu ‘anhu:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ

“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal”

Berkata Maimûn bin Mahrôn:

المُتَّقِي أَشَدُّ مُحَاسَبَةً لِنَفْسِهِ مِنَ الشَّرِيْكِ الشَّحِيْحِ لِشَرِيْكِهِ

“Orang yang bertaqwa lebih keras dalam memuhâsabah dirinya daripada seorang sekutu (rekan kerja) yang tamak yang membuat perhitungan dengan rekan kerjanya”

Dan berkata ‘Abdullôh bin Mas’ûd t:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ جَالِسٌ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَنْقَلِبَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ لَهُ: هَكَذَا فَذَهَبَ، وَأَمَرَّ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ

“Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya” (HR. Al Bukhôri)

Seorang yang beriman memuhâsabah dirinya dan mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik, maka dia memuhâsabah dirinya atas amal perbuatannya, memaksakan dirinya sendiri supaya beribadah dan taat sehingga bisa beribadah dengan keikhlashan yang sempurna, bersih dari kotoran bid’ah, riyâ, ujub dalam amal, dia mencari dengan amalannya wajah Allôh dan negeri akhirat, dan memuhâsabah dirinya supaya amal sholihnya bisa sesuai dengan sunnah Nabi e, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak dan tanpa terputus, Allôh ta’âlâ berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam jalan Kami maka Kami akan tunjuki dia jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allôh bersama orang-orang yang muhsin”

Dan Allôh ta’âlâ berfirman:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (6)  [العنكبوت/6]

“Dan barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia telah bersungguh-sungguh untuk dirinya, sesungguhnya Allôh Maha Kaya dari seluruh alam” ,

dan Allôh juga berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) [الزمر/2]

“Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu sebuah Kitab dengan hak, maka sembahlah Allôh dengan mengikhlashkan ibadah kepadaNya, ketahuilah milik Allôhlah agama yang ikhlash”

Dan Allah juga berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣١)

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imron : 31)

Dan dari Sufyân Ats Tsauri beliau berkata:

مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي لأَنَهَّا تَتَقَلَّبُ عَلَيَّ

“Aku tidak menghadapi sesuatu yang lebih susah daripada niatku  karena niat senantiasa bolak-balik dalam diriku”

Berkata Al Fadhl bin Ziyâd: Aku bertanya kepada Imâm Ahmad tentang niat dalam amal, aku berkata: “Bagaimana niat?” Beliau menjawab: “Mengobati dirinya, jika dia mau beramal yang dia tidak menginginkan dengannya (ganjaran) manusia”

Dan dari Syaddâd bin Aus, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

مَنْ صَلَّى يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa sholat dengan riyâ’ maka sungguh dia telah syirik, dan barangsiapa yang berpuasa dengan riyâ maka sungguh dia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang bershodaqoh dengan riyâ maka dia telah berbuat syirik” (HR. Ahmad dalam Al Musnad, Al Hâkim, Ath Thobrôni dalam “Al Kabîr”)

Dan hendaknya dia memuhâsabah ucapan dan perkataannya sehingga dia tidak melepaskan ucapannya dengan lafazh-lafazh batil dan haram, dan hendaklah dia ingat bahwa ada dua malaikat yang ditugaskannya kepadanya, keduanya menulis setiap apa yang diucapkan lisannya, dan setiap amalan yang dia amalkan, kemudian diberi pahala atau dihukum, Allôh ta’âlâ berfirman:

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12) [الإنفطار/10-12]

“Dan sesungguhnya atas kalian malaikat-malaikat yang menjaga, yang mulia lagi menulis, mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan”, dan Allôh ta’ala berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)  [ق/18]

“Tidaklah ada ucapan yang dia ucapkan kecuali disisinya ada malaikat yang mengawasi lagi hadir”

Dari Ibnu ‘Abbâs rodhiyallôhu ‘anhuma beliau berkata:

يُكْتَبُ كُلُّ مَا تَكَلَّمَ بِهِ مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ حَتَّى إِنَّهُ لَيُكْتَبُ قَوْلُهُ أَكَلْتُ وَشَرِبْتُ ذَهَبْتُ وَجِئْتُ

“Dicatat setiap apa yang diucapkan, yang baik-maupun yang buruk, sampai ditulis ucapannya: aku telah makan, aku minum, aku pergi, aku datang, aku melihat.

Dari Abû Huroirah t dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

إنَّ العبْدَ لَيَتَكلَّمُ بالكلمةِ مِنْ رِضْوانِ الله، لا يُلْقي لها بالاً، يرْفَعُ الله بِها دَرَجاتٍ، وإنَّ العبْدَ ليتَكلَّمُ بالكَلِمةِ مِنْ سَخَطِ الله، لا يُلْقي لَها بالاً يَهْوي بِها في جَهَنَّم

“Sesungguhnya seorang berbicara dengan sebuah kalimat termasuk keridhoan Allôh, dia tidak memperdulikannya, maka Allôh mengangkatnya dengan kalimat tersebut beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah kalimat  yang mneyebabkan kemurkaan Allôh, dia tidak memperdulikannya, maka dia masuk neraka karenanya” (HR. Al Bukhôri)

Dan berkata Abdullôh bin Mas’ûd:

مَا عَلَى الْأَرْضِ شَيْءٌ أَحَقُّ بِطُولِ سِجْنٍ مِنْ لِسَانٍ

“Demi Allôh yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, tidak ada di atas bumi yang lebih berhak untuk dipenjara dalam waktu lama daripada lisan”

Dahulu Abû Bakr t memegang lisannya dan berkata:

هَذَا الَّذِي أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ

“Inilah yang telah menjerumuskanku”

Demikian pula wajib atas seorang muslim memuhâsabah dirinya dan berjuang dalam menghadapi apa yang terbetik dalam hatinya dan was-was hatinya, karena awal kebaikan dan kejelekan adalah bisikan-bisikan hati dan apa yang datang padanya.

Maka jika seorang muslim mampu mengatur apa yang datang pada hatinya, dan gembira dengan bisikan kebaikan yang datang, merasa tenang dengannya dan melaksanakannya, sungguh dia telah beruntung.

Jika ia mengusir was-was syetan tersebut dan bisikannya dan berlindung kepada Allôh dari was-was syetan maka dia selamat dari kemungkaran-kemungkaran dan kemaksiatan-kemaksiatan. Dan apabila dia lalai dari was-was syetan dan menerimanya maka dia akan tergiring kepada yang diharamkan. Allôh berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (36) [فصلت/36]

“Dan apabila syetan mendorongmu dengan sebuah dorongan maka mohonlah perlindungan kepada Allôh sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Dan Allôh telah memerintah supaya kita berlindung kepadaNya di dalam surat An Nâs dari musuh yang nyata ini.

Dari Anas y berkata: Rosûlullôh t bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَاَن وَاضِعٌ خُطُمَهُ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ اللهَ خَنَسَ وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الخَنَّاسُ

“Sesungguhnya syetan meletakkan tali kekangnya di dalam hati anak Adam, kalau dia mengingat Allôh maka syetan mundur kalau dia lupa maka syetan akan membisiki hatinya, itulah syetan tukang bisik-bisik yang sering mundur ” (HR. Abû Ya’lâ Al Mûshili)

Maka menjaga diri dari dosa-dosa melindungi dari was-was syetan dan terjaga dari bisikan-bisikannya, Allôh berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151)  [الأنعام/151[

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan keji, yang nampak maupun yang tersembunyi, dan janganlah kalian membunuh jiwa-jiwa yang diharamkan Allôh kecuali dengan hak, demikianlah Allôh mewasiatkan kepada kalian agar kalian memikirkan”

Maka barangsiapa yang memuhâsabah dirinya dan berjuang maka dia akan mendapat banyak kebaikan dan sedikit kejelaknnya, dan keluar dari dunia dalam keadaan terhormat, dan dibangkitkan dalam keadaan bahagia, dan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diutus sebagai saksi. Dan barangsiapa mengikuti hawa nafsunya, berpaling dari Al Qur’an, dan melakukan apa yang disenangi hawa nafsu dan syahwatnya, melakukan dosa-dosa besar, dan menyerahkan kepemimpinan kepada syetan maka syetan akan menggiringya kepada seluruh dosa besar, dan akan kekal bersama syaitan dalam adzab yang pedih.

Allôh berfirman:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا (28)  [الكهف/28]

“Dan janganlah engkau menaati orang-orang yang telah Kami lalaikan  hatinya dari mengingat Kami dan dia mengikuti hawa nafsunya, dan perkaranya melampaui batas”

Semoga Allôh memberikan berkah bagiku dan bagi kalian dalam Al Qur’an Yang Agung ini .

 

Khuthbah Kedua:

Segala puji bagi Allôh, Robb semesta alam, yang telah memberikan taufiq kepada orang-orang yang bertaqwa, dan menghinakan orang-orang kafir dan fasiq. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji, sesembahan orang-orang dahulu dan yang akhir. Dan aku bersaksi bahwa nabi kita dan pemuka kita Muhammad adalah hamba Allôh dan rosulNya, yang jujur dan terpercaya. Ya Allôh bersholawatlah, bersalamlah, dan berkahilah untuk hambaMu dan rosulMu Muhammad, keluarga, para sahabatnya semuanya.

Ammâ ba’du:

Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan sebenar-benar taqwa dan berpeganglah dengan Islâm dengan pegangan yang kuat.

Wahai kaum muslimin, hati-hatilah dengan perangkap-perangkap syetan kepada manusia, Allôh ta’âlâ berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (5) إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (6)  [فاطر/5-6]

“Wahai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar maka janganlah kalian tertipu dengan dunia, dan janganlah kalian ditipu syetan. Sesungguhnya syetan adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia musuh, sesungguhnya dia mengajak kelompoknya supaya termasuk penduduk neraka.”

Musuh nyata ini telah membuat perangkap-perangkap untuk mewujudkan cita-citanya, dan untuk membalas dendam kepada orang-orang yang beriman, dan dia berusaha membuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya kejadian yang terjadi di perbatasan utara dan meninggalnya tiga orang aparat keamanan yang sedang mengerjakan kewajiban agama mereka, membela negara yang merupakan negara Islâm. Semoga Allôh mengampuni mengampuni mereka dan menerima mereka sebagai syuhadâ, dan mengangkat derajat mereka di surga kenikmatan. Sesungguhnya kejadian yang sangat memedihkan ini adalah tindak kriminalitas besar, kerusakan besar. Para ulama dan orang-orang yang berakal telah memandang besar kezholiman terhadap para aparat keamanan negara ini, dan mereka menghitungnya sebagai bentuk kriminal besar mengumpulkan beberapa dosa-dosa besar.

Para pembunuh tersebut telah dituntun syetan untuk melakukan tindakan yang merusak ini, mereka mengira bahwa mereka sudah mewujudkan sebagian tujuan mereka, namun justru tujuan tersebut berbalik kepada mereka, dan kejadian ini justru menunjukkan bahwa petugas keamanan dalam keadaan waspada dan senantiasa memperkirakan semua kemungkinan dengan jalan menutup fitnah yang sesuai. Semoga Allôh menjaga para aparat negara ini dan semoga Allôh menjaga kaum muslimin dari fitnah-fitnah besar. Barangsiapa yang jiwanya membisiki untuk melakukan perbuatan-perbuatan teror yang zholim maka Allôh mengintainya, Allôh ta’âlâ berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)  [الفجر/14]

“Sesungguhnya Robbmu mengintai mereka”

Apakah orang-orang semisal mereka tidak ingat bahwa mereka akan berdiri di hadapan Robb semesta alam? Apakah mereka tidak memuhâsabah diri mereka, apakah mereka tidak berpikir dengan akal mereka? Allôh ta’âlâ berfirman:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8) [آل عمران/8]

“Wahai Robb kami, janganlah Engkau simpangkan hati-hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami, dan berilah rahmat dari sisiMu kepada kami, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi”

Wahai hamba Allôh, “Sesungguhnya Allôh dan para malaikatNya bersholawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam untuknya”

(Diterjemahkan oleh Ust Abdullah Roy, MA)            

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1399-hisablah-dirimu-sebelum-yaumul-hisaab.html